Kata
desain berasal dari bahasa Italia designo yang artinya gambar. Desain
merupakan susunan garis atau bentuk yang menyempurnakan kerja “seni”
dengan memberikan penekanan khusus pada aspek proporsi, struktur, gerak,
dan keindahan secara terpadu (Encyclopedia Britanica, 1956: 259).
Berdasarkan
pengertian tersebut, bisa dipahami bahwa desain termasuk seni yang
bergerak dalam lingkup gambar, tetapi kemudian dikembangkan lagi menjadi
seni yang “diatur” sedemikian rupa melalui aspek-aspek gambarnya. Aspek
tersebut adalah proporsi, struktur, gerak, dan keindahan. Aspek yang
terakhir adalah keindahan dimana ilmu yang mempelajari keindahan disebut
estetika (Anwar, 1980:5). Dari sini disimpulkan bahwa estetika termasuk
ilmu yang mempelajari mengenai salah satu aspek dari desain yaitu
keindahan. Jelas hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara estetika
atau ilmu yang mempelajari tentang keindahan dengan desain.
Desain
komunikasi visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa
komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau
komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu
atau kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau
gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan
usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pemerintah.
Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah perancangan untruk
menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan,
berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat.
terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat
mengubah sikap positif sasaran. Elemen desain komunikasi visual adalah
gambar/ foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. baik
media cetak, massa, elektronika maupun audio visual
(www.cybermediacollege.net.id).
Dalam desain komunikasi
visual, terdapat 2 prinsip yang menjadi landasannya. Yang pertama,
adalah ilmu ini tujuan utamanya adalah penyampaian pesan baik sosial
atau komersial kepada kelompok tertentu. Prinsip pertama ini merupakan
prinsip yang bisa dipahami sebagai faktor internal yang berupa
nilai-nilai atau tujuan tertentu. Prinsip yang kedua adalah penyampaian
pesan tersebut dicapai dengan cara-cara visual atau gambar. Prinsip yang
kedua inilah yang merupakan prinsip dimana faktor keindahan atau ilmu
estetika diperlukan.
Susunan gambar yang dibuat tentu
saja harus diatur sedemikian rupa supaya susunan gambar tersebut selain
indah juga harus dapat menyampaikan maksud si pembuat untuk menyampaikan
pesan-pesan tadi. Dengan kata lain, penyusunan gambar dibuat dengan
mempertimbangkan banyak faktor selain indah saja. Seperti yang telah
dijelaskan di awal essay ini, seni gambar yang dikembangkan lagi menjadi
seni gambar yang “diatur” disebut desain. Kegiatan desain dalam ilmu
desain komunikasi visual harus mempertimbangkan beberapa faktor,
misalnya selain indah atau estetis, desainer juga harus mempertimbangkan
apakah karya desainnya akan disukai oleh obyek dari pesan yang dibawa
karya desain tersebut.
Sebagai contoh, misalnya
desainer akan membuat sebuah desain untuk iklan produk susu bayi, dengan
tujuan komersil agar produk tersebut laku sebanyak mungkin di pasaran.
Siapa pasarnya? Tentu saja orang tua yang dispesifikkan pada sang ibu,
karena orang tua atau ibulah yang menentukan susu apa yang paling
“pantas” diberikan untuk anaknya yang masih bayi, dan bukan bayinya yang
menentukan. Desainer harus memiliki data tentang hal-hal apa saja yang
diharapkan orang tua dalam memilih susu bayi. Kemudian unsur-unsur
visual yang seperti apa yang umumnya disukai oleh mereka, seperti warna
apa, proporsi seperti apa, dan lain sebagainya. Data-data inilah yang
nantinya digunakan desainer dalam mendesain karya visual mereka agar
dapat menjadi karya yang efektif dan estetis. Selain faktor-faktor
diatas, sebenarnya masih banyak faktor-faktor lain yang harus ikut
dipertimbangkan desainer. Seperti timing atau waktu peluncuran iklan,
kepraktisan karya desain dari segi ekonomis, dan lain sebagainya.
Unsur
estetis sebenarnya adalah landasan bagi visualisasi desain tersebut
agar dapat secara efektif menyampaikan pesan-pesannya. Bagaimanapun atau
siapapun target audiens dari karya desain tersebut, tetap harus berada
di payung besar estetika. Karena pada umumnya, setiap orang pasti suka
dan tertarik dengan sesuatu yang indah. Bagaimana kriteria keindahan
secara lebih spesifik masing-masing kelompok tersebut, nantinya akan
dipelajari lagi oleh sang desainer.
Unsur estetis ini
sebenarnya mungkin merupakan satu-satunya unsur yang berkembang pesat di
desain komunikasi visual. Dalam perjalanan waktu, faktor komunikasi
tidak mengalami begitu banyak perubahan. Misalnya, sebuah kalender tetap
difungsikan untuk menyampaikan pesan tanggal, sebuah iklan produk
komersial tetap digunakan untuk menggugah motivasi membeli atau
melakukan kegiatan tertentu. Perubahan yang paling drastis sesungguhnya
sangat terlihat di wilayah estetika visual. Estetika sebagai ‘segala
sesuatu yang berhubungan dengan keindahan, dan penginderaan’ ini sudah
sejak lama menjadi senjata utama dari proses komunikasi massal.
Rekayasa
estetika, menjadi bagian penting, bahkan dianjurkan bagi setiap
organisasi dalam mengkomunikasikan diri dan produknya. Dalam rekayasa
estetika kita bisa temukan pola-pola dalam memotivasi seseorang untuk
melakukan apa yang diinginkan proses komunikasi melalui sensasi sensasi
inderawi. Rekayasa esetetika, seperti yang dikatakan Bernd Schmitt dan
Alex Simonson dalam bukunya Marketing Aesthetic, adalah cara-cara untuk
memicu munculnya nilai-nilai konsumer di benak konsumen, yang hanya akan
muncul bila kedahagaan konsumen akan estetika dapat terpuaskan. Dalam
perkembangannya, unsur estetika ini berkembang menjadi sesuatu yang
membuat kita terpana melalui kecanggihan teknologi. Unsur ini didukung
oleh alat hasil perkembangan teknologi yang disebut dengan komputer.
Melalui alat ini, keindahan visual yang pada awalnya dahulu akan terasa
begitu sulitnya dicapai, bisa dengan mudah dibuat dengan bantuan
komputer. Bahkan bisa lebih lagi. Sensasi-sensasi permukaan ini membuat
kita cenderung tidak lagi tertarik kepada makna pesan yang sifatnya
internal atau nilai-nilai ideologis.
Sebagian besar
konsumen kemudian akan menilai keberhasilannya hanya berdasarkan ‘indah’
atau ‘tidak indah’nya sebuah permukaan visual disusun. Demikian pula
sang kreator. Alih-alih berusaha membuat metafora atau permainan makna
internal, sang desainer berpesta dengan efek, Clip-Art, huruf, dan
efek-efek yang sudah tersiapkan. Gejala ini terutama terjadi pada
karya-karya desain yang diperuntukkan dan mungkin dibuat orang-orang di
negara yang masih haus akan keindahan efek-efek yang bisa diciptakan
dengan bantuan komputer. Karya-karya tersebut cenderung menampilkan
visualisasi yang penuh dengan keindahan warna, imajinasi, dan efek-efek
yang akan cukup sulit diciptakan melalui kuas dan cat warna saja, tanpa
memfokuskan pada dampak atau tujuan utama.
Meskipun ada
pula beberapa karya desain yang sudah tidak sibuk bermain dengan segala
efek komputer dan mulai menunjukkan fokusnya pada bagaimana dampak yang
diharapkan. Contohnya, desain iklan rokok A Mild dan mungkin juga
beberapa produk rokok lain, sudah tidak “boros” dengan berbagai
keindahan efek yang bisa diciptakan oleh komputer. Warna background
putih polos dan luas, kemudian meletakkan jam weker dengan palu dan
beberapa kata dengan bentuk font yang sederhana, adalah salah satu
contoh desain untuk produk rokok A Mild. Sekilas kita akan melihat
suguhan visual yang sederhana, dimana hampir semua desainer bisa membuat
bentuk visual seperti itu dengan mudahnya bahkan melalui kuas dan cat
warna saja.
Apabila kita melihat beberapa hal yang
menyertainya, yaitu bahwa produk yang diiklankan adalah produk rokok A
Mild yang notabene merupakan salah satu produk yang paling banyak
digemari oleh pemuda di Indonesia, dan bagaimana iklan tersebut bisa
bertahan begitu lama dengan beberapa parade iklannya yang sejenis, maka
bisa kita simpulkan bahwa iklan dengan visualisasi sederhana tadi cukup
efektif atau tepat sasaran. Bagaimana bisa? Lha wong sederhana gitu?
Bukti sederhana yang telah disebutkan tadi telah membuktikan bahwa hal
tersebut bisa, selama masih dalam lingkup keilmuan estetika. Meski
sederhana, tidak berarti karya tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai
karya desain. Komposisinya seimbang, pemilihan warna sesuai dengan unsur
yang lain, emphasis tercapai, bahkan pemilihan bentuk hurufnya meski
sederhana tetapi mudah dibaca dan peletakkannya sesuai dengan konposisi
keseluruhan.
Dalam komunikasi dan kreasi, yang penting
adalah dampaknya. Bagaimana penerima pesan menerima dan melakukan
tujuan-tujuan yang dikehendaki tentulah tidak tergantung dari seberapa
banyak special effect yang dipakai, atau berapa jam yang dihabiskan
waktu didepan komputer. Komunikator atau kreator adalah orang yang
berusaha mengambil intisari dari keteraturan, dan chaos, dari kebebasan
dan nihilisme, dan berusaha berkonsentrasi pada dampaknya (Papanek dalam
Ilmansyah, 2004:5).
Dalam dunia desain komunikasi
visual, yang terpenting adalah desainer harus memegang dua prinsip utama
yang telah disebutkan di atas tadi. Ia harus memastikan dua prinsip
tersebut berjalan seiring dan tidak membuat yang satu lebih penting dari
yang lain. Pesan harus disampaikan melalui visual yang tepat. Jadi,
sebenarnya sebanyak apapun efek komputer yang digunakan, selama pesan
bisa tersampaikan dengan tepat dan efektif, maka hal itu sah-sah saja.
Jangan sampai desainer terlalu fokus dan asyik pada visual, sedangkan
visual tersebut dapat mengurangi keefektifan penyampaian pesan bahkan
tidak efektif sama sekali sehingga visual tersebut tidak menjalankan
fungsinya sebagai penyampai pesan. Keindahan hanyalah digunakan sebagai
alat untuk dapat menyampaikan pesan secara efektif. Apabila tidak
efektif, maka keindahan tersebut tidak dapat digunakan. Di sinilah letak
estetika dalam dunia desain komunikasi visual.
sumber: http://pixels-portal.blogspot.com/2011/08/estetika-dalam-desain-komunikasi-visual.html
Kamis, 11 April 2013
Estetika dalam Desain Komunikasi Visual
Posted By: Unknown - 09.10Related Posts:
About Unknown

Desain grafis adalah seni dalam berkomunikasi menggunakan tulisan, ruang, dan gambar. Bidang ini merupakan bagian dari komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup seni visual, tipografi, tata letak, dan desain interaksi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SOCIALIZE IT →